Pada umumnya busana wanita minangkabau terdiri dari dua potong yaitu bagian bawah dan bagian atas, busana atas berupa baju kurung dan dibawahnya memakai kain sarung, dilengkapi lagi dengan hiasan kepala. Adapaun bentuk busana ini walaupun sekilas tampak sama, tetapi untuk tiap kesempatan ada busana berbeda harus dipergunakan, seperti untuk upacara adat, atau untuk kegiatan sehari-hari. Untuk yang kedua ini, yaitu busana sehari-hari lazim digunakan bahan yang nyaman, ringan dan cendrung terbuat dari bahan biasa saja. Bentuk tetap baju kurung sampai lutut, dengan sarung dan tutup kepala, tetapi semua ini pertimbangannnya lebih fungsional. Sedangkan untuk keperluan upacara, tentu penampilannya lebih resmi dan bagus-bagus, bahan yang dipilih biasanya beludru, kain sarungnya kain songket (kain balapak) dengan tutup kepala dan salendang terbuat dari kain balapak, dilengkapi dengan asesorisnya. Pada busana adat, aspek dekoratif lebih besar dibandingkan dengan fungsionalnya. Bentuk yang nyata bedanya adalah dalam tutup kepala, ada beberapa bentuk tutup kepala yang merupakan lilitan dari kain, tiap daerah bisa saja memiliki cara tersendiri dalam mengenakan kain selendang untuk tutup kepala, ada yang meililitkan beberapa putaran, ada yang sekedar diletakkan di atas kepala, atau dibentuk "contong” menyerupai tanduk, bentuk "tanduk” pun tidak semua sama, banyak sekali variasi bentuk tanduk ini. Adapun ketentuan penggunaan busana adat minangkabau untuk perkawinan, tergantung dari daerah asal pengantin, sebab tiap daerah memiliki busana pengantinnya tersendiri. Di daerah pesisir (padang), dikenal busana pengantin yang dinamakan "roki” untuk pengantin pria: yaitu setelan celana selutut, dengan "jas” pendek dan kemeja putih didalamnya, lalu sarung songket. Sebagai pelengkap digunakan tutup kepala, keris, sepatu dan kaos kaki selutut. Menilik bentuk jas pendek atau lebih tepat dikatakan bolero, lalu tutup kepala (saluak) sangat mirip dengan baju matador dari spanyol, besar kemungkinan bentuk ini berasal dari sana. Dalam sejarah minangkabau, pernah disebut-sebut cerita tentang bangsa Barat ketika perdagangan rempah merupakan salah satu sumber utama kekayaan minangkabau. Unsur barat ini hanya muncul pada busana pria, sedangkan busana wanita tetap baju kurung sarung dan selendang tokah yang dipakai menyilang di dada. Sedangkan busana pengantin pria dari daerah darat, menggunakan celana panjang, baju dalam dan jas serta sarung penek di pinggang, dilengkapi penutup kepala, keris dan selop.
Sekarang ini ada kecendrungan para pengantin ingin tampil dengan ideal artistic "kecantikan” menurut jaman dan ukuran masa kini, sehingga terdapat banyak pembaharuan pada baju pengantin. Modifikasi bentuk umumnya tak merubah secara total, hanya dibuat lebih praktis dalam pemakainnya, dilakukan dengan memperbaiki pola baju secara umum. Dahulu baju kurung dibuat longggar karena dikenakan dengan cara memasukkan baju melalui kepala, dan kini ritsleting membuat baju lebih mudah dikenakan, dan bentuk baku tak harus terlalu longgar. Selain itu selendang tokah dibuat menyatu dengan bajunya sehingga tak merepotkan dalam cara pemakaian busana. Pada busana pria juga penyesuaian bentuk pada celana, yang dibuat lebih panjang, sampai mata kaki, karena para pengantin masa kini tak menyukai celana selutut. Hiasan pada busana pria dan wanita yang ditemui sekarang terbuat dari sulam kerawang dengan aplikasi renda dan taburan manik serta payet. Kini telah jarang dipergunakan taburan dari bahan kuningan serta sudah mulai jarang dijual orang. Hiasan kepala para pada pengantin wanita atau suntiang, bayak dimodifikasi karena penggunannya amat merepotkan dan menyakitkan. Dahulu berupa tusukan tunggal, kini dibuat seperti bando yang diikatkan di kepala, tusukan tunggal hanya berupa tambahan untuk menyesuaikan dengan bentuk muka pengantin.
Pada paparan gambar berikut ini dapat dilihat perkembangannya busana pengantin, yaitu mencari bentuknya sendiri sesuai dengan jaman, situasi dan kondisi yang berlaku. Kemudahan untuk penggunaan, kenyamanan dalam pemakaian serta ketersediaan bahan dan tenaga kerja, masa kini jauh berbeda dengan dahulu. Beberapa bahan dan teknik tak dapat diperoleh lagi karena tak diproduksi atau memang tidak menguntungkan dari sudut pandang usaha. Pekerjaan tangan yang manual menyita terlalu banyak waktu dan ini dapat mempertinggi biaya produksi, tentu berpengaruh pada harga sewa. Kini pasar tersedia beragam ornament yang siap pakai dengan penampilan mirip dengan hasil kerja tangan dan harga yang terjangkau, mendorong pengrajin untuk memanfaatkan hal ini.
Menilik pada bentuk-bentuk baju pengantin, sekilas baju tersebut masih sama, kecuali pembuatan selendang yang bersatu dengan bajunya, lalu celana panjang menggantikan celana selutut. Tetapi baju roki terlihat lebih sering dipilih. Sedangkan baju saluak pengantin kurang popular di kalangan pengantin masa sekarang baku kurung yang dikenakan pengantin wanita kini lebih banyak disulam kerawang kombinasi hiasan renda, manik dan payet. Tetapi yang paling berbeda adalah sarung wanita yang jarang menggunakan kain balapak, digantikan dengan kain yang sama dengan bajunya. Seputar kain sarung ini dhiasi untain manik dari atas sampai mata kain, seputar pinggang. Hal lain yang juga terganti adalah warna: dahulu lazimnya digunakan baju warna merah atau hijau, tapi kini semua warna dapat saja dipergunakan untuk baju pengantin, termasuk warna hitam, hiasan sulam tak sepenuhnya dikerjakan dengan tangan (manual) karena semakin sedikit orang yang mau membuatnya, disamping itu pasar menyediakan banyak sekali variasi renda, hiasan, maik dan payet. Hiasan siap pakai amat memudahkan pekerjaan menghias baju dan mesin jahit mempercepat penyulaman.
Referensi
Arleti M.Apin, Pergeseran Desain Pelaminan Minangkabau, Program Magister Desain, ITB, 2002.
Temukan informasi lainnya mengenai Minang, Padang, Sumatera Barat, perkawinan adat minangkabau, Foto Pengantin, Foto Prewedding, Photo Pernikahan, Fotografi Pernikahan, Photo Wedding, Fotografi Wedding, Foto Pernikahan, Foto Wedding, Photo Pernikahan & Fotografi Wedding, foto perkawinan, wedding photo, paket foto, fotografer pernikahan, wedding photographer, pre wedding photographer, Minang Wedding, Pre Wedding photography & Wedding Party photography Padang – Sumbar, Padang wedding, Wedding Gallery & Event Organizer, Pre Wedding Photography, pre wedding, pre wedding photographer, pre wedding photography, wedding vendors, Pre Wedding Photography, Pre Wedding Foto, Foto Pra Nikah Foto, Paket Wedding, hasil foto, bentuk foto, ukuran foto, photo pre wedding, foto wisuda, foto keluarga, foto seminar, foto produk di…
Wen’S Photography
Digital Photo Studio & Video Shooting
Jl. Gajah Mada No.30 Gunung Pangilun Padang
Hp 08126764527, Telp 07519901204
http://wensphotography.at.uahttp://wensphotography.blogspot.comhttp://wensphotography.wordpress.com