Saturday
2024-04-20
6:23 AM
 
WEN'S PHOTOGRAPHY
 
Welcome Guest | RSSMain | Blog | Registration | Login
Site menu
Our poll
Rate my site
Total of answers: 42
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Login form
Main » 2010 » June » 5 » Urang Minang dan Budaya Merantau
9:50 AM
Urang Minang dan Budaya Merantau
Merantau atau pergi mencari wawasan dan penghidupan baru di tempat lain di luar tanah asal merupakan kebiasaan pada masyarakat minangkabau. Mereka sangat mendorong kebiasaan ini, para ninik mamak (tetua adat) menyarankan untuk merantau jauh-jauh dan sekolah tinggi-tinggi. Menurut adat minangkabau pergi merantau itu akan membawa manfaat yang besar bagi diri dan kaumnya. Bukan disebabkan negerinya miskin atau kehidupannya serba susah, tetapi lebih karena didorong untuk memelihara dan menambah harta pusaka. Pengertian rantau disini bukan mengusir warganya pergi dari tanah kelahiran tetapi betujuan untuk memperluas wawasan seseorang dengan pergi ke tempat yang  berlainan. Pergi sementara ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman terhadap nilai dan adat minangkabau dengan perbandingan nilai yang berlaku diluar adatnya, sehingga penghargaan dan kecintaanya pada adat dan budaya sendiri semakin dalam dan berakar. Tujuan rantau di sini adalah untuk suatu upacara peningkatan mutu adat dan budaya minangkabau supaya tidak hilang dan tetap dijunjung tinggi serta menjaga kelanggengan.

Jauh bajalan banyak banyak diliek, lamo hiduik banyak dirasai, sayang dianak dilacuti, sayang dinagari ditinggakan. (jauh berjalan banyak yang dilihat, lama hidup banyak yang dirasai, cinta sama anak dilecuti (dididik), cinta dikampung ditinggalkan)

Karantau madang dihulu, babuah, babungo balun, marantau bujang dahulu, dirumah baguno balun (kerantau medang di hulu, berbuah belum, merantau bujang dahulu, di kampung berguna belum)

Bagi masyarakat minangkabau dan masalah merantau adalah hal yang sangat umum, mereka ini gemar sekali merantau sampai jauh dari tanah kelahirannya. Tak sekedar di dalam negeri, tetapi sampai ke negeri seberang. Merantau sendiri berarti pergi dari kampung halaman untuk mencari kehidupan, belajar maupung untuk hal lainnya. Kebanyakan orang minangkabau yang merantau hidup dengan berdagang, tetapi ini bukan artinya semua orang minangkabau berdagang, melainkan ada pula yang berprofesi sebagai negarawan, peneliti, budayawan, diplomat dan lainnya

Keuletan masyarakat  minangkabau dalam bertahan hidup membuat mereka mempunyai semangat yang tinggi dalam mencapai keinginan. Kota besar senantiasa menjadi tujuan utama perantauan agar tujuan serta cita-cita yang setinggi mungkin dapat dicapai. Di tanah rantau keakraban antar sesama minangkabau makin kuat, karena merasa jauh dari kampung halaman. Saling tolong antarperantau ini menjadi semacam keharusan agar tak ada orang yang minangkabau yang terlantar. Perasaan bangga sebagai masyarakat minangkabau sangat kuat, mulai dari makanan, bahasa sampai pada hal lain yang dapat menunjukkan identitas keminangkabauannya. Sebagai perantau, masyarakat minangkabau cukup memegang adat dan budaya, misalnya dengan tetap berkomunikasi menggunakan tatacara kehidupan, makanan, dan bahasa daerah mereka.

Ritme kehidupan kota besar (Jakarta dan Bandung) yang sibuk, dinamis , penuh persaingan menjadi bagian yang secara otomatis dari setiap penghuinya. Waktu jadi sangat berharga sebab tiap orang selalu sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan masing-masing dan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial harus menyesuaikan dengan cara hidup di sini. Informasi fasilitas, kesempatan dan peluang yang banyak jadi bersatu dalam gaya di kota besar, sejalan dengan kecepatan ritme hidup juga mempengaruhi para perantau minangkabau ini. Lahan tempat tinggal di daerah perkotaan relatif lebih kecil ukurannya, karena harga yang tinggi bila dibandingkan dengan di kampung halaman, ini mengakibatkan rumah berukuran terbatas. Ketika di kampung halaman, ini mengakibatkan rumah berukuran terbatas. Ketika di kampung dengan konsep tinggal di rumah gadang secara berkumpul terdapat banyak waktu, banyak saudara dan tetangga yang siap turun tangan. Di kota kehidupan lebih individualistis tiap kelurga memiliki rumah tinggal sendiri, semua orang dengan kegiatannya masing-masing. Waktu jadi sangat berharga. Kesibukan tiap orang meniti karir dan mencari nafkah, yang sangat berbeda di kota besar membuat orang kian kekurangan waktu.

Tak banyak saudara atau kerabat yang dapat membantu seperti di kampung halaman, karena mereka juga sibuk, sedangkan rumah lebih mirip tempat persinggahan. Lokasi tempat tinggal yang menyebar luas, menghalangi orang untuk semudah dahulu mencapai tempat tinggal kerabat, ini merupakan awal dari pemilihan gedung pertemuan sebagai tempat melangsungkan pesta, agar adil bagi tiap orang dan mudah dicapai. Sebagai konsekuensi dari tiap orang yang mencari kemudahan demi memenuhi setiap kebutuhan baik fisik maupun psikologisnya. Kebutuhan untuk melakukan aktifitas sosial tak dapat lagi diadakan di rumah gadang atau rumah pribadi, sehingga banyak orang memilih gedung pertemuan sebagai gantinya. Termasuk melangsungkan perkawinan yang diadakan di gedung pertemuan agar tiap orang mudah mencapainya dan tidak repot mengurus persiapan pesta. Bisnis perkawinan jadi tumbuh subur dari kondisi ini, menyediakan keperluan yang dahulu disediakan oleh keluarga, kini ada perusahaan yang melakukan secara profesional. Bisnis ini juga tumbuh dengan bermacam penawaran mulai dari yang terjangkau dengan fasilitas sederhana sampai yang super mewah dengan fasilitas lebih dari mencukupi. Kemampuan penyesuaian yang tinggi dai kelompok ini menjadikan mereka membutuhakan ungkapan-ungkapan yang dapat menyampaikan inspirasi sebagai masyarakat minangkabau.

Kondisi perantau atau orang yang berada jauh dari tempat asalnya, akan menjadi kelompok minoritas, masyarakat perantau minangkabau ini pun sama keadaannya. Sebagai kelompok minoritas, akan menjadi beberapa perilaku yang berhubungan erat dengan waktu, bila kejadian berlangsung sementara untuk jangka yang relatif pendek; sedang studi misalnya, berbeda permasalahan dengan orang yang pindah secara permanen. Pada kasus perantauan jangka pendek tak banyak berpengaruh dalam kehidupan mereka, berbeda dengan penetap. Para perantau yang menetap secara permanen, maka kehidupan jadi terpengaruh sebab tatacara yang  dipertahankan tentu bertemu dengan nilai lokal. Dalam suatu masyarakat mejemuk, kesukuan akan menjadi dampak dari kelompok etnik dan pribumi. Dan percampuran antar beberapa unsur dalam budaya yang berbeda akan memberikan warna pada budaya suatu etnis, walaupun demikian tiap etnis berusaha kuat agar jati diri mereka tak hilang atau kalah dibandingkan dengan yang lebih dominan.

Hal ini dijumpai dalam masyarakat perantau asal minangkabau di Jakarta dan Bandung. Penyesuaian diambil sebagai langkah penerimaan terhadap kondisi dan nilai baru, sedangkan jati diri minangkabau berusaha tetap dipertahankan. Kedekatan sebagai anggota  suku tidak berarti luntur, tetapi cara yang dipakai jadi harus selaras dengan kesibukan. Misalnya pertemuan sosial yang asalnya diadakan di rumah keluarga, kini bisa dilaksanakan di tempat lain karena alasan kemudahan, ekonomis dan prestise. Kemudahan demi mempertahankan pelaksanaan adat yang ternyata masih menjadi ikatan diantara masyarakat ini. Perkembangan jaman mendorong masyarakat untuk berupaya mencari penyelesaian tiap persoalan dengan hasil sebaik mungkin.

Sebagai konsekuensi, bahwa tiap ada kemudahan tentu ada tuntutan pengorbanan, dalam kehidupan yang sibuk di kota besar tiap kemudahan itu harus dibayar dengan sejumlah nilai uang. Banyak orang memanfaatkan peluang ini, dengan menyiapkan dan menyediakan sarana dengan imbalan. Dari sisi ini usaha pelayanan jasa tumbuh subur dan mejamur, makin baik pelayanan imbalan juga makin besar. Gedung pertemuan tersedia mulai dari yang sederhana sampai yang mewah dilengkapi dengan penyejuk, suasana khusus, fasilitas parkir. Konsumen bebas memilih yang paling sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Referensi:

Arleti M.Apin, Pergeseran Desain Pelaminan Minangkabau, Program Magister Desain, ITB, 2002

Temukan informasi lainnya mengenai Minang, Padang, Sumatera Barat, perkawinan adat minangkabau, Foto Pengantin, Foto Prewedding, Photo Pernikahan, Fotografi Pernikahan, Photo Wedding, Fotografi Wedding, Foto Pernikahan, Foto Wedding, Photo Pernikahan & Fotografi Wedding, foto perkawinan, wedding photo, paket foto, fotografer pernikahan, wedding photographer, pre wedding photographer, Minang Wedding, Pre Wedding photography & Wedding Party photography Padang – Sumbar, Padang wedding, Wedding Gallery & Event Organizer, Pre Wedding Photography, pre wedding, pre wedding photographer, pre wedding photography, wedding vendors, Pre Wedding Photography, Pre Wedding Foto, Foto Pra Nikah Foto, Paket Wedding, hasil foto, bentuk foto, ukuran foto, photo pre wedding, foto wisuda, foto keluarga, foto seminar, foto produk di…

Wen’S Photography
Digital Photo Studio & Video Shooting
Jl. Gajah Mada No.30 Gunung Pangilun Padang
Hp 08126764527, Telp 07519901204
http://wensphotography.at.ua
http://wensphotography.blogspot.com
http://wensphotography.wordpress.com


Views: 10390 | Added by: fadlikoto | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Search
Calendar
«  June 2010  »
SuMoTuWeThFrSa
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930
Entries archive
Gallery Foto
  • Klik di Sini
  • Copyright by Derisma©2010
    ****